Pasal 28C UUD 1945 menyatakan bahwa Pendidikan merupakan hak asasi manusia (HAM) artinya setiap warga negara berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia. Pelaksanaan ketentuan pasal-pasal UUD 1945 tersebut diatur dalam UU No.
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam Pasal 11 ayat (1) ditetapkan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi. Upaya yang dilakukan untuk melaksanakan amanat UUD 1945 dan ketentuan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ialah dengan mengoptimalkan penerapan teknologi informasi dalam dunia pendidikan di Indonesia antara lain melalui cara pembelajaran e-learning atau juga cara pembelajaran distance learning.
Komponen teknologi informasi merupakan subsistem yang terbentuk sehubungan dengan penggunaan teknologi informasi. Untuk dapat memanfaatkan teknologi informasi dibutuhkan setidaknya tiga komponen utama, yaitu perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), dan manusia (brainware). Teknologi informasi tidak dapat dilepaskan dari sistem elektronik seperti yang diatur dalam UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Peranan Teknologi Informasi dalam dunia pendidikan menurut PUSTEKKOM meliputi teknologi informasi sebagai; ketrampilan (skill) dan kompetensi, sebagai infrastruktur pendidikan, sumber bahan ajar, alat bantu dan fasilitas pendidikan, dan manajemen pendidikan.
Industri 4.0 adalah industri yang menggabungkan teknologi otomatisasi dengan teknologi cyber. Ini merupakan tren otomatisasi dan pertukaran data dalam teknologi manufaktur. Kultur baru yang terbentuk seiring berkembangnya Industri 4.0 adalah Human Machine Communication, Connection between global village, terciptanya smart robot, Internet of Thing, 3D Printer, Driveless car, Big data,dan hadirnya online/virtual education. Revolusi Industri yang berjalan seiring waktu juga membentuk karakter yang berbeda pada masanya. Perbedaan generasi dari tahun ketahun dan karakternyadapat disimak didalam gambar berikut

Dari gambar diatas mari kita telaah bersama siapakah murid kita selama ini? kita sebagai guru berasal dari generasi apa? Cocok kah metode mengajar yang selama ini kita terapkan dikelas unutk generasi Z? Semua analisis ini dibahas dengan keilmuan teknologi Pendidikan untuk menciptakan media pembelajaran yang efektif dan efisien dalam sebuah pembelajaran.
Pengembangan media pembelajaran adalah salah satu bidang yang diatur dalam sebuah keilmuan yang disebut dengan Teknologi Pendidikan. Menurut The Association for Educational Communications and Technology AECT (2008) Teknologi Pendidikan adalah studi dan etika praktik untuk memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja dengan menciptakan, menggunakan, dan mengelola proses teknologi yang sesuai dan sumber daya. Menurut AECT Teknologi Pendidikan terdiri dari 5 kawasan diantaranya ;
- Kawasan Desain
Kawasan Desain adalah proses untuk menentukan kondsi belajar. Tujuan
desain ialah untuk menciptakan strategi dan produk pada tingkat makro, seperti
program dan kurikulum, dan pada tingkat mikro, seperti pelajaran dan modul.
Kawasan desain meliputi studi mengenai desain sistem pembelajaran, desain
pesan, strategi pembelajaran, dan karakteristik pebelajar.
- Kawasan Pengembangan.
Kawasan pengembangan bertujuan untuk memproduksi media pembelajaran. Pengembangan adalah proses terjemahan spesifikasi desain ke dalam bentuk fisik. Kawasan pengembangan dapat diorganisasikan dalam empat kategori: teknologi cetak, teknologi audio visual, teknologi yang menggunakan komputer, dan teknologi terpadu.
- Kawasan Pemanfaatan
Kawasan pemanfaatan adalah aktivitas menggunakan proses dan sumber untuk belajar. Pemanfaatan menuntut adanya penggunaan, desiminasi, difusi, implementasi, dan pelembagaan yang sistematis. Fungsi pemanfaatan dianggap penting karena fungsi ini memperjelas hubungan pebelajar dengan bahan dan sistem pembelajaran. Kawasan pemanfaatan meliputi empat kategori, yakni pemanfaatan media, difusi inovasi, implementasi dan institusionalisasi (pelembagaan), serta kebijakan dan regulasi.
- Kawasan Pengelolaan.
Kawasan Pengelolaan merupakan pengendalian Teknologi Pembelajaran melalui perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan supervisi. Ada empat kategori dalam kawasan pengelolaan, yaitu pengelolaan proyek, pengelolaan sumber, pengelolaan sistem penyampaian, dan pengelolaan informasi.
- Kawasan Evaluasi.
Evaluasi adalah proses penentuan memadai tidaknya pembelajaran dan belajar. kawasan ini mencakup evaluasi program, evaluasi proyek, dan evaluasi produk. Dalam kawasan evaluasi terdapat empat kategori, yakni analisis masalah, penilaian acuan- patokan, evaluasi formatif, dan evaluasi sumatif.
Pada prinsipnya Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Proses penyampaian informasi yang digunakan oleh guru untuk mengubah sikap dan pengetahuan orang lain disebut dengan Pedagogi,Andragogi dan Heutagogi. Sederhana bisa kita katakan bahwa dalam Pedagogy subjek pendidikan adalah individu berusia kanak-kanak, dan dalam Andragogy subjek pendidikan adalah individu (yang telah dianggap) dewasa. Heutagogy merupakan pengembangan dari Andragogy. Menurut Carl Rogers pengertian Heutagogy ialah pengidentifikasian potensi belajar merupakan hal yang sangat dihargai, dan uniknya di dalam Heutagogy adalah proses belajar tidak bergantung pada pengidentifikasian learning needs. Salah satu hal yang diyakini dalam Heutagogy adalah “belajar bersifat alami, seperti hal nya bernafas”. Tidak mesti mematuhi prinsip linear, dan tidak mesti direncakan.
Era Industri 4.0 melahirkan prinsip pedagogi baru yang sesuai dengan gaya belajar generasi Z prinsip tersebut mengandung lima aspek diantaranya Learning is open, Learning is social, Learning is Personal, Learning is Augmented, dan Learning is Multipresented. Dengan prinsip baru ini, lahirlah beberapa model pembelajaran baru diantaranya model pembelajaran Flipped-Classroom, Blended/Hybrid Learning, dan Online Learning. Ketiga model pembelajaran ini sekilas terlihat sama, namun ada perbedaannya. Perhatikan gambar berikut untuk membedakannya.

Menurut Semler (2005) Blended learning adalah sebuah kemudahan pembelajaran yang menggabungkan berbagai cara penyampaian, model pengajaran, dan gaya pembelajaran, memperkenalkan berbagai pilihan media dialog antara fasilitator dengan orang yang mendapat pengajaran. Gambar 2 menjelaskan Blended learning sebagai sebuah kombinasi pengajaran langsung (face-to-face) dan pengajaran online, tapi lebih daripada itu sebagai elemen dari interaksi sosial. Sementara online learning melakukan interaksi social hanya dari online saja tanpa adanya pengajaran langsung.

Flipped classroom adalah pembelajaran model terbalik
abad-21. Flipped classroom merupakan inovasi pembelajaran dimana peserta didik
mempelajari konten (belajar) di luar kelas atau di rumah secara mandiri,
kemudian melakukan diskusi
atau active learning
di kelas. Alasan dikatakan
‘terbalik’ karena siswa mendengarkan pelajaran dari guru di rumah melalui
rekaman video (e.g., YouTube/ Khan Academy/ TED-Ed),
kemudian siswa mengerjakan ‘PR’ dan berdiskusi di kelas. Jadi, kegiatan di kelas tidak
dihabiskan untuk mendengarkan ceramah guru, tetapi lebih kepada diskusi
dan tanya jawab,
memperdalam pemahaman tentang
apa yang sudah dipelajari di
rumah. Gambar 3 menjelaskan 3 fase yang flipped classroom diantaranya sebelum
kelas berlangsung siswa diberikan bahan pembelajaran melalui e-learning hal ini
dilakukan agar siswa dapat mempelajari bahan ajar sebelum kegiatan pembelajaran dimulai.
Saat dikelas waktu yang tersedia digunakan untuk berdiskusi dan berkolaborasi untuk memperdalam materi yang belum jelas dipahami dengan fasilitator dari guru, setelah kelas selesai siswa dapat melakukan pengayaan sendiri dirumah untuk memperdalam pemahaman.

Gambar diatas menunjukkan perbedaan kelas tradisional dengan flipped classroom. Dalam kelas tradisional guru menghabiskan waktu untuk menjelaskan seluruh materi dikelas dan kemudian memberikan tugas kepada siswa untuk memperdalam pengetahuan tentang materi tertentu dirumah, sementara flipped classroom memberikan bahan pembelajaran terlebih dahulu kepada siswa dan membahasnya saat dikelas dalam aktifitas yang menarik. Model pembelajaran manakah yang menurut anda lebih efektif? Tradisional Classroom or Flipped Classroom?
Sebagai seorang guru, penulis telah menerapkan dan menguji kedua model pembelajaran ini dikelas Informatika kelas 9. Kelas 9A diberi perlakuan model tradisional dan kelas 9B pembelajaran menggunakan Flipped Classroom. Penulis menyiapkan sebuah e-learning untuk membagikan materi kepada siswa sebelum kelas akan dimulai. Platform yang digunakan untuk e-learning kelas 9 adalah Edmodo. Edmodo adalah sebuah platform pembelajaran sosial untuk guru, siswa maupun untuk orang tua/wali yang dikembangkan pada akhir 2008 oleh Nic Borg dan Jeff O’Hara. Berikut penulis sajikan e-learning informatika kelas 9 SMP Avicenna Jagakarsa TP 2019/2020.
Karena menggunakan e-learning, penulis memberikan soal penilaian harian kepada siswa sebagai post-test menggunakan platform Quiziz. Hal ini dilakukan agar penilaian yang diberikan lebih menarik karena berupa kuis online.
Kesimpulan dari penelitian yang penulis lakukan terbukti bahwa rerata hasil belajar siswa kelas 9B yang menggunakan model pembelajaran flipped classroom lebih tinggi daripada hasil belajar kelas 9A yang menggunakan model pembelajaran tradisional. Pada dasarnya penulis sangat senang dapat memberikan pelayanan kepada siswa untuk belajar menggunakan model pembelajaran baru, apalagi mengetahui hasil belajar siswa lebih maksimal dengan model baru tersebut. Sudah saatnya kita sebagai guru menggunakan ruang sebagai peneliti untuk mencoba hal baru didalam kelas demi mencari model pembelajaran yang cocok untuk karakteristik siswa yang dapat memudahkan kita dan mereka dalam belajar demi tercapainya tujuan Pendidikan.
Penelitian selanjutnya, SMP Avicenna akan menerapkan model pembelajaran flipped classroom pada mata pelajaran IPS dan Matematika kelas 8. Mudah-mudahan penelitian di kedua mata pelajaran eksak dan non eksak ini membuktikan hipotesa awal, bahwa model pembelajaran flipped classroom sesuai dengan karakter siswa SMP Avicenna Jagakarsa yang dapat dibuktikan dengan meningkatnya hasil belajar siswa. Demikian tulisan ini dibuat, penelitian diatas disajikan dengan bahasa yang sederhana agar memudahkan pembaca. Lebih lengkapnya hasil penelitian akan ditulis dalam sebuah jurnal penelitian Research n Development (RnD). Semoga bermanfaat.
Karya Asli – Putri Husna, Guru SMP Avicenna Jagakarsa
Leave a Reply