Oleh Drs. Adil Setiadji
Bermula dari memulai profesi sebagai guru pada tahun 1995 disebuah SMA swasta dikawasan Pondok Labu. Kesan selama mengajar di sekolah tersebut, banyak sekali pengamalan yang didapat. Mulai dari bagaimana menghadapi siswa yang bermasalah, orang tua yang protes, bagaimana cara mengajar yang baik dan bagaimana cara menciptakan kelas yang efektif. Pada 2011 memutuskan untuk mengambil pensiun dini, yang sudah sangat cukup untuk menjadi bekal pengalaman saya.
Belajar dari pengalaman
Namun setelah saya pindah tugas mengajar di sebuah SMA swasta berasarama di kawasan Parung, ternyata berbeda kondisinya. Di sini saya diminta sebagai Staf Ahli Kurikulum. Sering berdiskusi dengan wakakur dan kepala Sekolah, namun kembali bertemu dengan beda pendapat dan menghadapi orang-orang yang tidak bisa menerima pendapat orang karena senioritasnya.
Kembali saya mencoba untuk mengasah manajemen saya yaitu sebagai Kepala SMP IT di Tangerang Selatan. Banyak hal yang saya peroleh dari pengalaman sebagai Kepala Sekolah salah satunya menghadapi orang-orang Yayasan yang mempunyai karakter yang senioritasnya tinggi dan bagaimana bekerja dengan pihak ketiga yang ternyata pihak ketiga sebagai penyandang dana utama sekolah tersebut. Inisiatif dan keyakinan saya saat menjalankan tugas membuat saya tidak bertahan dan memulai kembali dari bawah.
Kembali saya bergabung dengan sekolah yang baru dibuat yaitu SMA Berasrama kembali di kawasan Gadog, Puncak. Di sini saya sebagai wakakur dan seminggu sekali pulang ke rumah. Di sini pun bekerja dengan minimalis sekali, yaitu guru-guru tidak lengkap dan manajemen kepala sekolah saya back up sehingga seolah-olah saya sebagai kepala sekolah operasional. Setelah dua tahun berjalan, ternyata prospek sekolah ini masih belum bagus , maka saya akhirnya mendapat peluang untuk mencoba kembali mengasah manajemen saya sebagai kepala sekolah swasta yaitu Sekolah Avicenna Tugas pertama sebagai Kepala Sekolah SD Avicenna Jagakara, saya belum punya pengalaman manajemen di jenjang SD. Saya pun mengalami kendala internal sehingga bertahan selama 1,5 tahun dan kembali sebagai Guru Kimia. Sebagai kepala Sekolah, saya banyak belajar bagaimana berkomunikasi dengan orang tua siswa dan komite dan juga bagaimana berinteraksi dengan siswa-siswa SD. Saya salut dengan guru-guru SD yang penuh dengan kesabaran, telaten, dan kasih sayang saat mengajar di kelas. Dan saya bersyukur sekali saya dapat kembali sebagai guru Kimia. Dan Alhamdulillah, saya sebagai guru Kimia, dapat belajar dari senior Avicenna, dan saya mencoba untuk melakukan yang terbaik.
Saya memperoleh dari Sekolah Avicenna :
1. Kesempatan mengembangkan diri dengan pelatihan-pelatihan yang membuat saya recharge kembali
2. Kesempatan menerapkan apa yang saya peroleh dari pengalaman selama ini untuk mengajar dan berhadapan dengan siswa
3. Kesempatan untuk berprestasi dan alhamdulillah selama 3 tahun terakhir ini saya dapat mengikuti lomba dan membimbing siswa lomba dan membuahkan hasil.
4. Di Avicenna inilah, saya baru mendapatkan penghargaan atas usaha dan prestasi yang tidak saya duga sama sekali. Saya bersyukur Alhamdulillah dan berterima kasih kepada YPAP yang selalu melihat potensi Tenaga Pendidik dan Kependidikan dari sisi manapun.
Kilas Balik Pengalaman Mengajar di SMA Avicenna Jagakarsa
Saat pertama kali memulai mengajar bersama dengan Bu Dewi , saya menghadapi kelas 11 IPA TA 2019 / 2020 yang terkenal dengan kelas yang paling ribut, pintar, dan terheboh. Di awal perkenalan di depan siswa-siswa kelas 11 IPA, disambut dengan celetukan “Kakek dan Nenek mau ngajar kita nie”
Suatu saat saya dilepas oleh Bu Dewi dan menyerahkan kelas 11 IPA ini ke saya sebagai guru kimianya dan saya ketika masuk, mendapati ada siswa yang sedang main gitar, tiduran di belakang, mengobrol, dan kondisi lainnya. Saat saya berhadapan kondisi ini, yang saya lakukan adalah memberikan kesempatan untuk siswa menyesuaikan diri dengan kondisi siap belajar. Saya hanya bilang ,”Kelas ini asik banget ya ‘ Ada live musik, tapi ada yang terlihat kurang sehat ya?” Pertanyaan tersebut ternyata didengar oleh siswa, lalu yang bermain gitar langsung berhenti dan mencoba untuk menyimpan gitarnya. Namun saya cegah, dengan mengatakan” Gapapa kok, lanjutkan saja, saya ingin dengar musiknya” Tetapi alhamdulillah siswa tersebut tetap berhenti. Disini saya melihat bahwa sebenarnya dalam diri siswa tersebut ada keinginan belajar dan serius serta sadar bahwa telah melakukan yang kurang baik. Untuk siswa yang sedang tiduran, saya tanyakan “Kamu kenapa? Sakit ya? Jika sakit silahkan istirahat dulu ke UKS yaaa biar kembali sehat” namun mereka menjawab “ Ngga kenapa2 kok, lagi males aja sebenarnya “ Dan disini saya melihat bahwa ada kondisi yang sebelumnya yang membuat menjadi malas. Akhirnya setelah siswa sudah duduk di kursinya, saya tidak langsung memberikan pelajaran, saya hanya bertanya, “Kita mau belajar kimia seperti apa ya ? “ Mereka menjawab hampir semua “ Kita ingin santai dulu ya Pak karena sudah jenuh” Saya tahu bahwa ini adalah alasan saja agar tidak mau belajar. Saya hanya mengatakan ,”Baik, tapi saya ingin cerita pengalaman ya. “ Spontan siswa menjawab,” Asyiiik.”
Saya bercerita pengalaman saya sewaktu SD dan SMP sampai Kuliah. Memang menghabiskan waktu belajar mereka, namun mereka mendapat cerita yang dapat memotivasi mereka.
Alhamdulillah pada pertemuan berikutnya, berangsur-angsur mereka dengan kesadaran untuk bisa belajar kimia walau diawali permintaan mereka adalah cerita lagi.
Saat saya mulai memberikan materi, saya menggunakan metode diskusi interaktif, dengan tujuan agar mereka bisa memperhatikan saat saya menjelaskan. Diselingi dengan beberapa pertanyaan ringan namun ada hadiahnya atau memberikan magic word. Saat mereka mengerjakan latihan soal, saya seringkali menghampiri setiap siswa untuk mengetahui paham atau tidak dan alhamdulillah dengan dihampiri, beberapa siswa berani bertanya dan diskusi, ini yang membuat siswa tertarik untuk belajar kimia dan terciptanya kelas yang efektif.
Ada pengakuan salah satu siswa sewaktu kelas 12 IPA, bahwa sebelumnya dia tidak suka dan tidak mengerti Kimia, namun setelah diajarkan Pak Adil, saya mulai tertarik dan senang. Alhamdulillah setelah lulus SMA, dia memilih kuliah di Universite de Caen, Perancis, dengan jurusan Teknik Kimia.
Cara mengatasi dan melakukan pendekatan dengan siswa
Materi ini saya dapatkan pada Oktober 2016 saat diberi amanah sebagai Kepala SMPIT di Tangsel. Azas dari Quantum Teaching ini adalah Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita…Hantarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka. Jadi saya mencoba menerapkan saat saya mengajar yaitu dengan,
- Memahami dunia mereka dengan cara mengetahui hobi mereka, kebiasaan mereka, film yang sering ditonton, karakter mereka dan lain-lain sehingga mempunyai gambaran dunia mereka. Dengan mengetahui dunia mereka itu, saya mencoba masuk, mempelajari dan secara pelan-pelan melakukan penyesuaian antara dunia mereka dengan dunia saya sebagai guru dan orang tua. Hal ini saya juga sangat bersyukur dengan adanya LIM (Leader in Me), sesuai dengan 7 kebiasaan dan juga pada Kurikulum Merdeka dan memang butuh waktu untuk melakukan hal tersebut
- Setelah mulai adanya chemistry atau gelombang yang sama, barulah saya memberikan pemahaman posisi mereka sebagai siswa dan saya sebagai guru dan orang tua. Selain itu juga memberikan kesadaran kepada mereka bahwa tujuan mereka ke sekolah itu apa saja.
- Metode yang saya lakukan selama berinteraksi dengan siswa adalah dengan dialog yang dapat membuka pikiran logika mereka dan kadang-kadang melakukan kesepakatan bersama dengan mereka untuk komitmen dengan pilihan mereka.
- Hal-hal yang saya lakukan di kelas ataupun di luar kelas berkaitan dengan asaz Quantum Teaching adalah :
- Segalanya berbicara dari Bahasa tubuh, suasana kelas, kertas yang saya bagikan, hingga rancangan pelajarannya , semuanya diusahakan mengirim pesan tentang belajar
- Proses belajar yang terjadi dibuat agar siswa mengalami atau mendapat informasi sebelum mereka mengambil kesimpulan untuk apa yang mereka pelajari. Dan ini sesuai dengan tujuan pendidikan KH Dewantara dalam Kurikulum Merdeka saat ini
- Memberikan pengakuan setiap usaha yang dilakukan siswa karena belajar itu mengandung resiko, belajar itu keluar dari zona kenyamanan, oleh karena itu mereka patut mendapatkan pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka
- Memberikan umpan balik sebagai bentuk perayaan atas capaian mereka dengan tujuan meningkatkan emosi positif dengan belajar
- Pembuatan slide power point
Bahan ajar berupa presentasi slide power point, diusahakan selalu berinteraksi dengan penggunanya dan diselingi adanya animasi. Hal ini sudah lama dilakukan sejak tahun 2000 an dan diharapkan peserta didik melihat tidak membosankan. Slide power point ini dibuat seolah-olah bagaimana kita mengajar dan berinteraksi dengan slide tersebut. Tujuannya adalah peserta didik dapat memahami dengan mudah suatu materi yang diajarkan
Demikian sekilas sebuah pengalaman mengajar dari seorang guru yang diharapkan dapat memberikan manfaat kepada yang membaca terutama yang berprofesi guru. Kilas balik ini masih berlanjut dengan kisah yang lain dan masih butuh koreksi dan masukkan dari pengalaman guru lainnya sehingga menjadi sebuah pengalaman utuh.
“Pendidikan adalah kemampuan untuk menghadapi situasi kehidupan.”-Dr. John
Leave a Reply