Pengetahuan dasar dan pelatihan Cardio Pulmonary Resuscitation (CPR) yang tepat dapat menjadikan siapapun bisa menjadi first responder untuk membantu menyelamatkan korban henti jantung mendadak. CPR mampu mempertahankan 40 % kesempatan hidup seseorang.
Siswa termasuk didalamnya berperan sebagai First Responder, oleh karena pentingnya pemahaman mengenai CPR ini, SMA Avicenna Jagakarsa mengadakan Life Skill teknik CPR dalam kegiatan healthy day, Jum’at 07 Februari 2020. “Cardio Pulmonary Resuscitation (CPR) adalah faktor penting untuk meningkatkan peluang bertahan hidup dan pemulihan, dan tujuh (7) menit pertama setelah terjadinya henti jantung mendadak adalah sebagai masa emas bagi korban Kalau nadinya tidak teraba, segera lakukan resusitasi jantung paru atau pijat jantung. Dalam waktu 7-10 menit adalah golden period di mana kalau tidak ditangani dalam durasi itu, akan terjadi kematian otak menyusul seluruh tubuh” demikian penjelasan Suster Aulia Dwi Lestari sebagai narasumber menjelaskan kepada siswa-siswa dan guru-guru.
Dalam pelatihan tersebut dijelaskan bahwa sebelum melakukan CPR, ada beberapa prinsip yang harus lakukan. Pastikan bahwa orang yang akan menolong berada dalam kondisi aman, lingkungan yang aman, dan kondisi korban aman. Untuk penolong tidak terlatih, ketika menemukan korban yang mengalami henti jantung mendadak tidak dianjurkan untuk melakukan pengecekan nadi, selain itu teknik CPR yang digunakan juga CPR only Hands, tidak menggunakan nafas buatan. Langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Pertama adalah cek respon , cek respon dilakukan dengan menepuk badan dan dipanggil dengan keras ( Pak / Ibu , buka mata , tepuk dengan keras )
2. Apabila tidak merespon, panggil orang-orang sekitar dan bantuan medis untuk membantu proses CPR dan evakuasi ke rumah sakit. Ingat CPR tidak boleh dilakukan sendiri, karna harus bergantian.
3. Sambil menunggu bantuan, lanjutkan dengan mengecek napas korban. Lihat apakah ada nafas tersengal atau tidak bernafas. Jika tidak bernapas segera lalukan kompresi dada. Agar kompresi dada efektif, korban harus dalam posisi terlentang pada permukaan yang rata dan keras.
4. Lakukan kompresi di pertengahan dada (pertengahan bagian seperdua bawah tulang Sternum), dengan telapak tangan di tumpuk dengan jari bertautan
5. Lakukan kompresi dengan lengan lurus , jika berlutut disamping pasien posisi badan kemiringan 45°
6. Lakukan kompresi dada sedalam 2 inchi atau 5 cm dan tidak lebih dari 2.4 inchi atau 6 cm
7. Kompresi dada pada kecepatan dan kedalaman yang memadai , membolehkan recoil pada dada sepenuhnya setelah setiap kompresi , meminimalkan gangguan dalam kompresi dan mencegah ventilasi yang berlebihnan.
8. Kecepatan kompresi dada disarankan adalah 100 hingga 120 / menit, dan tidak boleh berhenti ketika proses kompresi selama 5 siklus. Baru setelah itu boleh bergantian dengan penolong lainnya.
9. Evaluasi dilakukan tiap 2 menit sampai petugas medis datang , evaluasi dilakukan dengan melakukan pengecekan denyut nadi dan nafas
10. Jika nadi belum teraba , lakukan kembali kompresi dada
11. Namun jika nadi sudah teraba , posisikan korban menjadi posisi miring mantap untuk mejaga jalan nafas tetap terbuka dan mencegah aspirasi.
Kontributor : Nayla Sabrina (10 IPS-2)
Leave a Reply